Jumat, 10 November 2017

Antisipasi Hoax



Antisipasi Hoax: Literasi Informasi Melalui Sinergi Triangulasi


Pemberitaan palsu (hoax) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya (Wikipedia, 2017).
Adanya ketimpangan antara informasi yang diterima dengan keadaan senyatanya dimana ketimpangan tersebut seolah-olah menjadi sebuah kebenaran merupakan hoax. Ketidaksetimbangan yang terjadi pada penerimaan informasi dari sumber tidak dipercaya berdampak pada pembentukan persepsi keliru pada persuader. Kekeliruan ini berakibat bias sektoral dan lebih buruk terjadi pada terganggunya proses transformasi informasi. Sekian banyak berita bertebaran mendulang kepercayaan publik dengan bungkus retorika mengaburkan kejelasan makna. Simpul informasi yang simpang siur mempererat jerat ketidakjelasan kenyataan. Hoax merajut opini imajiner pembaca di lain sisi melambungkan persepsi buatan penyebarnya. Diperlukan kemampuan untuk mendeteksi hoax bagi masyarakat awam pada umumnya serta masyarakat berpendidikan pada khususnya. Mengapa ini menjadi urgensi stakeholder informasi? Tanpa ada kejelasan makna, kita akan diajak berkubang dalam imajinasi yang tak bertepi.
Ketimpangan antara informasi yang diterima dan keadaan senyatanya (hoax) dapat diidentifikasi dengan kemampuan memahami literasi informasi melalui triangulasi sumber yang dapat dipercaya. Klarifikasi langsung dengan pelaku menjadi solusi pertama dalam mengidentifikasi hoax. Informasi yang beredar seringkali kabur terlalu jauh dari penutur pelaku asli. Klarifikasi langsung akan memperjelas posisi informasi yang sebenarnya. Informasi saksi kunci merupakan alternatif kedua dalam mengidentifikasi hoax. Saksi kunci mendapatkan informasi jauh lebih detail dibandingkan dengan penonton berita yang bahkan tidak tahu dimana letak duduk permasalahnnya. Membiasakan membaca sumber terpercaya memperjelas bentuk dari hoax itu sendiri. Sekian banyak sumber yang tidak jelas menjadi pabrik informasi abu-abu yang menyesatkan pencari informasi. Dengan kemampuan literasi yang diperoleh dari sumber terpercaya, pencari informasi akan lebih mudah membedakan antara hoax dan kenyataan.
Hoax tidak hanya sekedar bahaya laten, namun sudah menjadi bahaya nyata yang perlu ditindak sebelum hoax membesar mendistorsi fakta sehingga bermuara pada kegaduhan publik. Memakan mentah-mentah hoax tanpa filter berdampak pada rusaknya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara apabila hoax tersebut berkaitan dengan isu politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dampak dari hoax itu sendiri akan menyerupai efek domino dimana ada kaitan antara bidang yang satu dengan bidang yang lain. Hoax mampu mengubah tatanan yang statis menjadi bola liar tak terkendali. Individu awam yang kurang memahami keberadaan hoax mudah terseret arus tanpa menyadari bahwa dirinya berada dalam pengendalian hoax. Gerakan di luar kendali berakibat pada kurang matangnya perhitungan mana yang seharusnya dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Dalam kungkungan tanpa control inilah pengabaian regulasi sering dilakukan untuk sekedar menuruti nafsu yang dikendalikan oleh hoax.
Langkah awal mengantisipasi hoax dimulai dari diri sendiri beserta orang-orang terdekat. Siswa, keluarga, dan kolega menjadi objek terdekat yang perlu diedukasi mengenai hoax beserta bahaya dibelakangnya. Orang-orang terdekat ini diharapkan dapat mengimbaskan kembali kepada orang lain di sekitar mereka, sehingga program edukasi hoax dapat didiseminasikan tanpa kita harus turun tangan langsung pada daerah yang terlalu jauh dari jangkauan. Konsep MLM dapat diadopsi dengan modifikasi bentuk imbalan bagi jaringan, dari bentuk promosi dan orientasi uang menjadi tingkatan yang lebih tinggi, yaitu rasa nyaman dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tanpa terganggu dengan hoax.
Siswa dikenalkan sedari awal mengenai kecerdasan dalam mengklarifikasi langsung terhadap sumber Informasi. Perlu ditekankan pada siswa agar jangan dibiasakan menyebarkan berita sebelum melakukan klarifikasi dengan sumber berita. Klarifikasi ini penting sebagai upaya penangkal hoax. Pemahaman siswa akan melek informasi memudahkan guru mengarahkan siswa serta siswa tidak mengalami kesulitan ketika harus beradaptasi dengan pola hidup baru, di mana segudang informasi sangat mudah didapatkan terlepas dari info kredibel atau tidak.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan klarifikasi langsung dengan pelaku. Menghubungi langsung melalui jaringan pribadi akan memudahkan kita mendapatkan informasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan daripada kita berasumsi dengan logika sendiri. Terlalu beresiko apabila kita mengedepankan ego sektoral, tanpa kita sadari, kita akan tersesat dalam logika kita sendiri. Apabila tidak ada respon, kita dapat mencoba untuk mencari perantara orang yang dipercaya untuk memediasi kita dengan pelaku. Hal ini akan banyak membantu kita mendapatkan informasi yang valid dan kredibel.
Pentingnya informasi dari saksi kunci sangat membantu siswa dan keluarga memahami bagaimana bentuk dan kemunculan hoax. Saksi kunci merupakan orang yang sangat memahami suatu kasus melebihi orang lain. Ketika mendengar sebuah berita, investigasi awal dilakukan dengan mentelaah sumber, penulis berita, serta isi dari berita tersebut. Dari investigasi awal akan diketahui, hasil analisa kualitas tulisan serta kredibilitas sumber informasi. Setidaknya, informasi dari saksi kunci akan banyak membantu dalam mengambil sebuah keputusan antara berbagi informasi dan menyimpan informasi untuk diri sendiri.
Beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan saksi kunci dapat menyitir pendapat Nukman Lutfi (dalam Kominfo, 2017) yaitu: (1) budaya literasi pada masyarakat, (2) menggandeng orang-orang aktif dimedia sosial yang berseberangan dan (3) pembekalan terhadap humas pemerintan mengenai kehidupan media sosial.
Mengembangkan budaya literasi dalam masyarakat akan meningkatkan kemampuan memahami situasi sehingga memunculkan banyak saksi kunci sebagai imbas dari melek informasi dari kegiatan literasi. Orang yang aktif di media sosial dapat dijadikan sebagai saksi kunci dengan beberapa kriteria, salah satunya jumlah dan bobot tulisan yang diproduksi serta sumber yang digunakan sebagai referensi. Pembekalan terhadap humas pemerintah akan menambah akurasi simpulan yang dihasilkan oleh aparatur pemerintah sebagai punggawa keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mencari informasi pada sumber yang tepat perlu dibiasakan sebagai sarana penangkal hoax. Dari sumber terpercaya diperoleh berita yang dapat dipertanggungjawabkan. Sumber terpercaya juga menjanjikan validitas informasi yang tinggi. Siswa diarahkan mencari sumber yang dapat dipercaya untuk konsumsi pribadi maupun niat untuk berbagi informasi dengan orang lain. Hal ini dipicu banyaknya informasi yang simpang siur sehingga menjadikan kebenaran saling tumpang tindih dengan fakta palsu.
Sebelum saya membaca literatur kesehatan perlunya bayi dibedong agar merasa nyaman dan tidak kedinginan, saya mendapatkan informasi bahwa bayi yang tidak dibedong akan membuat kaki bayi tersebut bengkok serta tumbuh tidak normal. Seiring berjalannya waktu, kesadaran menambah kemampuan literasi, serta bertambahnya motivasi untuk meningkatkan kompetensi saya memahami bahwa dibedongnya bayi lebih Karena bertujuan untuk menjaga suhu tubuh bayi serta melindunginya dari udara yang dingin.
Akhirnya, kesadaran meningkatkan kemampuan literasi dan motivasi meningkatkan kompetensi diri menjadi urgensi generasi saat ini agar tidak terombang-ambing oleh berita yang belum jelas. Diakui ataupun tidak, berita abu-abu akan memudahkan oknum yang tidak bertanggungjawab memperkeruh situasi yang mungkin akan berdampak buruk pada lingkungan sekitar.

Daftar Pustaka

Wikipedia. 2017. Pemberitaan Palsu. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/ pemberitaan _palsu pada 30 Oktober 2017

Kominfo. 2017. Antisipasi Hoax, Pemerintah Petakan Masalah Komunikasi. Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/8709/antisipasi-hoax-pemerintah-petakan-masalah-komunikasi/0/berita_satker pada 30 Oktober 2017

 

0 komentar:

Posting Komentar